H. Ibrahim Kadir, Pemulia Seni Gayo Aceh








Ibrahim Kadir  dilahirkan pada tanggal 2 Agustus 1942 di Kampung “Kemili Kecamatan Bebesen, Aceh Tengah” (Munif & Khair, tt.: 65). Ibrahim Kadir juga memiliki nama lain yaitu Win Resi. Beliau adalah salah satu tokoh pemulia seni di antara tokoh-tokoh seni lainnya di nusantara yang berasal dari anak suku bangsa Aceh, Gayo. Darah seni mengalir ke tubuh Ibrahim Kadir dari ayahnya yang berprofesi sebagai aneuk syahi dalam seni Seudati. Di samping itu, Jeber adalah abang kandung Ibrahim Kadir juga merupakan pelaku seni yaitu sebagai ceh utama dari kumpulan group didong di Kampung Kemili pada periode paro akhir tahun 1940 (Melalatoa, 2001: 105). Ibrahim Kadir dikaruniai 9 anak. 



Riwayat Pendidikan
Ibrahim Kadir memulai sekolah dasar di kampung tempat kelahirannya. Tahun 1959 menyelesaikan pendidikannya pada SGP di Takengon. SPG diselesaikannya pada tahun 1968. Sejak tahun 1970, beliau belajar pada perguruan tinggi Universitas Al-Washliyah cabang Medan di Takengon. Tahun 1971, Ibrahim Kadir memperdalam pengetahuan kesenian tarinya di Jakarta (Kadir, 1971: 70) yaitu pada Institut Kesenian Jakarta, yang akhirnya pulang menjadi penata tari di kampung halamannya (Melalatoa, 2001: 105). Di samping itu, Ibrahim kadir juga pernah belajar seni tari, seni sastra, dan seni drama pada Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta tahun 1971 (Kadir, 1984: i).




Karya-karya Ibrarahim Kadir

Pencipta lirik dan melodi:

a)   Tajuk Dilem. Lirik dan melodi didong ini dilahirkan pada usia belia yaitu pada umur 10 tahun (Melalatoa, 2001: 105) atau usia kelas 3 SD (Munif & Khair, tt.: 68). Karya ini populer 30 tahun kemudian oleh berkat olah rasa lantunan musisi AR. Moese S. Tajuk Dilem diperkirakan lahir pada tahu 1952 (usia Ibrahim Kadir adalah 10 tahun) dan populer pada tahun 1980-an. 
b)   Pencipta Lagu-lagu Daerah Gayo (Surat Pengghargaan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tengah tanggal 2 September 1972). Aceh Tengan terpilih sebagai juara umum festival pada Pekan Kebudayaan Aceh ke II di Banda Aceh. 
Kumpulan Didong:
Arika Bujang. Kumpulan didong ini digerakkan oleh Ibrahim Kadir pada tahun 1950 dan dia sebagai Ceh utama 
Puisi:
a)   Puisi yang Tak Terkuburkan, 1965.
b)   Cemcin Pala, 1971
c)   Gentala, 1971
d)   Tetuit
e)   Ratap   



Pelakon (actor):
1.   Peraih Best Actor dari The 3rd Cinemaya Festival of Asian Cinema (Cinefan) tahun 2001 (Sertifikat Penghargaaan. Fax. 17 September 2001) di India (Harian Serambi Indonesia, 16 September 2001).
2.   Peraih Best Actor dalam film A POET dari The 14th Singapure International Film Festival (Singapore International Film Festival, Ltd. Fax. 27 April 2001). Film “Puisi Tak Terkuburkan” terpilih di kompetisi internasional tersebut mengalahkan 16 finalis dari 300 film yang dipilih dari berbagai negara. Para juri dalm kompetisi film-film tersebut berasal dari berbagai negara, yakni Raymond Red (Singapura), Jasmine Nd (Singapura), Sandi Tan (Singapura), Martial Knabel (Perancis), Rithy Pan (Kamboja), Penek Ratanaruang (Thailand), Wu Wenguang (Cina), Michel Ciment (Perancis, dan Dave Kehr (Amerika Serikat) (Harian Kompas, Selasa 1 Mei 2001). 
3.   Penghargaan Silver Video Leopard dari Festival Film Locarno ke-53 di Italia tanggal 20 Agustus 2000 (Harian serambi Indonesia, Minggu 16 September 2001).
4.   Pemain dalam Film Puisi yang Tak Terkuburkan, sutradara Garin Nugroho
5.   Penyair dalam Film Cut Nyak Dien, sutradara Eros Djarot 



Seni Tari dan Seni Penata Tari:
1.   Tutor Bina Tari (Piagam No. 213/P/Bangni-VI/1979 tanggal 8 Desember 1979 oleh Depdikbud Kanwil DI Aceh).
2.   Kreografer Tari Massal pada MTQ ke 23 tahun 1993 (Tanda Penghargaan tanggal 26 September 1993 oleh Bupati Kepala Daerah Tk. II Aceh Tengah).
3.   Kreografer  Tari Massal Bandara Rembele 2003 (Piagam Penghargaan No. 553/65/PROG/2003 tanggal 26 April 2003 oleh Bupati Aceh Tengah). 
4.   Pelatih Tarian Massal dalam rangka MTQ Tingkat Propinsi Daerah Istimewa Aceh  ke XIV tahun 1981 di Kodya Sabang (Surat Tanda Penghargaan Nomor 01/P/III/1981 oleh Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Sabang, tanggal 6 Maret 1981). 
5.   Penata Tari dengan 1.000 penari dalam rangka MTQ tingkat Nasional di Banda Aceh tahun 1982 (Melalatoa, 2001: 105-106).
6.   Penata Tari, Pelatih Atraksi Budaya, dan Pencipta Lagu Gayo pada Pekan Kebudayaan Aceh ke-5 tahun 2009 di Banda Aceh (Piagam Penghargaan oleh Gubernur Aceh, tanggal 11 Agustus 2009).
7.   Tokoh Budayawan bidang Kesenian di daerah Aceh Tengah (Piagam Penghargaan Nomor 002/57/2003 tanggal 17 Agustus 2003 oleh Bupati Aceh Tengah).
8.   Ketua Pelatih Tari Massal Kabupaten Aceh Tengah dalam Festival Tari Massal Aceh Damai PORDA X Provinsi NAD tahun 2006 (Lampiran SK. Bupati Aceh Tengah tanggal 1 Juni 2006).  


Karya tulis:
1.   Cerita Rakyat Gayo dalam Balada Ibrahim Kadir, 1971 
2.   Datu Beru: Tjerita Rakjat Gajo dalam Puisi, 1971
3.   Methode Mengajar dan Menata Tari,1984
4.   Makna, Pengertian, Filsafat yang Terkandung dalam Ukiran-ukiran Motif Gayo, 2007
5.   Didong Kesenian Rakyat Gayo Kabupaten Aceh Tengah, 2007

Keterlibatan dalam Kegiatan Seminar, Workshop, Penataran, Pelatihan, Lokakarya, dan Diskusi Seni Budaya: 
1.   Sebagai Pembicara dalam Acara Piasan Sastra Aceh di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Jakarta. (Piagam Penghargaan tanggal 13 Desember 2007 di Jakarta, Ketua Panitia Fikar W. Eda).
2.   Sebagai Peserta Lokakarya pada Festival Seni Budaya Aceh di Banda Aceh (Piagam Penghargaan tanggal 14 Januari 1995 oleh Kepala Kanwil XVIII Depparpostel Daerah Istimewa Aceh). 
3.   Peserta Seminar dan Workshop Tari Ranub Lampuan di Banda Aceh (Piagam Penghargaan tanggal 20 Februari 1992 oleh Sanggar Cut Nyak Dhien Meuligou Gubernuran Aceh).
4.   Peserta Penataran Bimbingan dan Penyuluhan Penilik Kebudayaan di Banda Aceh (Piagam Nomor 229/P/Bangni-VI/79 tanggal 1 Januari 1980 oleh Depdikbud Kanwil Propinsi DI Aceh).
5.   Peserta Penataran Tenaga Pembina Kesenian di Banda Aceh (Piagam Nomor 0352/P/Puskep-IV/1977 tanggal 8 Juli 1977 oleh Depdikbud Kanwil Propinsi DI Aceh).
6.   Peserta Pelatihan Kepala Seksi Kebudayaan di Jakarta (STTPP Nomor 01/K/XIII/STTPL/1991 tanggal 11 Februari 1991 oleh Depdikbud RI).
7.   Peserta Seminar Budaya Pekan Kebudayaan Aceh Ke-5 di Banda Aceh (Piagam Penghargaan tanggal 10 Agustus 2009 oleh Gubernur Aceh).



8.   Peserta dalam Pekan Seni Tari Kreasi Baru/Tradisional Tingkat Propinsi Daerah Istimewa Aceh di Banda Aceh (Piagam Penghargaan tanggal 27 Pebruari 1982 oleh Kepala Kanwil Depdikbud Propinsi DI Aceh).
9.   Peserta Seminar Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan di Takengon (Piagam tanggal 24 Januari1986 oleh Bupati Kepala daerah Tingkat II Kabupaten Aceh Tengah dan Pimpinan MUI Propinsi DI Aceh).
10.   Peserta dalam Pekan Tari dan Musik Daerah tingkat Nasional Tahun 1984 di Jakarta (Piagam Penghargaan tanggal 12 Januari 1984 oleh Depdikbud Dirjen Kebudayaan Direktorat Kesenian).
11.   Peserta Penataran Pendidikan Kebudayaan Tingkat Kecamatan di Takengon (Piagam Nomor 118 oleh Bupati Kepala daerah Tingkat II Aceh Tengah).
12.   Peserta Tuntunan/Petunjuk dan Pengarahan Teknis dalam Rangka Peningkatan Mutu Pembina Sanggar Seni (Piagam Penghargaan Nomor 1018/I.07.1a/F.91 tanggal 15 Juni 1991 oleh Depdikbud Kanwil Propinsi DI Aceh Bidang Kesenian).
13.   Peserta Pekan Seni Tingkat Propinsi DI Aceh di Lhokseumawe (Piagam Penghargaan tanggal 4 Agustus 1985 oleh Depdikbud Kanwil Propinsi DI. Aceh).   


Kegiatan Promosi Budaya ke Luar Negeri:
Ketua Rombongan pementasan seni budaya ke Akademi Seni Warisan dan Budaya (Aswara) di Kuala Lumpur, Malaysia. Ibrahim Kadir membawa 12 orang penari dan pemain musik. Pementasan seni budaya adalah kesenian Sebuku, Didong, Tari Guel, dan pembacaan puisi penyair. Kegiatan ini merupakan wujud kerjasama bidang seni budaya antara Aceh dan Malaysia (Harian serambi Indonesia, Selasa 17 Juni 2008). Rombongan ini berangkat pada tanggal 21 Juni 2008 dengan motto Ibrahim Kadir “dengan bantuan sederhanapun seni budaya negeri ini akan kita angkat di dunia internasional, Malaysia. Gayo di hati kita”. Selain memimpin rombongan dan menata pergelaran seni budaya dimaksud, Ibrahim Kadir juga memainkan seperangkat instrumen musik canang, memong, dan gong bersama Fajaruddin di bagian belakang pentas pada saat pementasan berlangsung (Serambi Indonesia, Minggu 29 Juni 2008).

(Wawancara kami ( Drs. T. Zulkarnain, Dr. Fakhri dan Mhd Nur) dengan Ibrahim Kadir, 11 Juni 2013).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar