Ajaran
menikah yang diserukan oleh syariat adalah bagian dari fitrah alam dan sunnah
para Nabi dan Rasul. Mengikuti jejak para Nabi dan Rasul merupakan ajaran yang
sangat diutamakan. Menikah merupakan suatu fitrah yang telah diciptakan Allah pada manusia dan menjadikan sebagai
suatu cara untuk melestarikan jenis manusia. Bahwa Rasulullah pernah bersabda :
“Ada empat hal yang merupakan ajaran para
Rasul, yaitu memiliki rasa malu, memakai wangi-wangian, bersiwak dan menikah”
HR oleh Ahmad dan Turmudzi.
Pagi
hari yang dingin, sang mentari telah lama menampakkan dirinya dari ujung gunung
Meukek yang berdiri tegak. Desa dimana aku dilahirkan memang dikelilingi oleh
gunung, Kepala desa dan para imum mesjid sudah berdatangan. Hari pernikahan Kak
Mira. Semua sudah siap, baik perlaminan, tenda sertu umbul-umbul yang terbuat
dari daun kelapa muda telah lama dipersiapkan. Acara pernikahan dilangsungkan
di Mesjid At Taqwa di Desaku Ie Dingen.
Aku
membayangkan diriku seandainya Melati kupersuntingkan menjadi istriku alangkah
bahagianya, sebahagia Kak Mira yang kini memakai gaun dara baro (Pengantian wanitia) nan elok, dengan untaian melati di
kepalanya.
Kemudian berjalan menuju
ke acara pernikahan dimana linto baro
(Pengantin pria) telah menunggu bersama KUA Kecamatan Meukek.
Acara akad nikah
berjalan lancar tanpa ada kendala. Semoga perjalanan mereka dalam membina
mahligai rumah tangga selancar saat pernikahan mereka.
Pada hari yang sama
acara resepsi pernikahanpun dilangsungkan. Semua itu sejalan dengan ajaran
Rasullullah sebagaimana hadistnya yang diriwayatkan oleh Turmudzi “Umumkanlah pernikahan ini. Rayakanlah dia di
dalam masjid. Dan pukullah alat musik rebana untuk memeriahkan (acara)nya.”
Islam merupakan sebuah
agama yang sangat memperhatikan aspek-aspek sosial dan sangat realistis, bukan
sebuah agama yang jumud, stagnan dan tidak fleksibel. Islam merupakan agama
yang sangat toleran dan mudah. Kalau dalam situasi gembira, Islam pun
mensyari’atkan adanya sebuah perayaan.
Aku melangkah diantara tamu-tamu
yang hadir, kuperhatikan seorang wanita yang ada diantara tamu. Dengan tak
sengaja diapun melihat kearahku, aku tersenyum.
“Maaf, semalam kalau
tidak salah satu bus dari Banda Aceh, dari Labuhan Hajikan?” tegurku.
“Iya, jadi ini?”
jawabnya heran.
“Ini rumahku, pengantin
perempuan Kakakku.”
“O...! kebetulan ya?”
“Kawan yang lainnya.
Nggak ikut?”
“Mereka adik-adikku,
maaf memang agak pemalu. Maklum anak pesantren.”
“Ah... nggak apa-apa.
Aku maklum, itu lebih baik untuk menjaga diri dari gangguan-gangguan dan
godaan. Apalagi mereka masih anak-anak.”
Cantik juga cewek ini,
pikirku. Keteduhan raut wajahnya seirama dengan jilbab yang senantiasa
melindungi auratnya. Sungguh beruntung bagi orang-orang yang memilikinya. Aku
membayangkan Melati, lagi ngapain dia sekarang. Kalau tidak ada kemelut dalam
kehidupannya, mungkin dia sedari dulu juga menggunakan pakaian muslimah seperti
gadis yang ada didepan saya.
Tiba-tiba aku terkejut
sangat sebuah tangan lembut memegang pundakku.
“O... mama, gimana. Ada
yang tidak beres, biar segara saya tuntaskan,”
Mamaku tersenyum.
“Sudahlah tidak ada apa-apa, sedari tadi mama lihat kamu begitu akrab dengan
nak Fitri.”
“Ah... tidak ma, kami
kebetulan satu bus dari Banda Aceh. Dan heran kok bisa jumpa lagi disini.”
“Nak Fitri, ini anak
ibu, namanya Ardi. Ia selama ini bekerja di Banda Aceh. Sudah lama nggak
pulang, ya.... memang ibu tidak suruh dia pulang lantaran keadaan begini yang
tidak menentu.”
Fitri hanya tersenyum
saja, Mama menceritakan hubungan kami dengan keluarga Fitri. Ia saudara jauh
dari keluarga mama, hubungan terjalin karena kalau ada acara baik walimah maupun kematian saling kunjung
mengunjungi. Itulah tradisi yang kuat yang terus terpelihara. Biasanya juga
untuk hubungan famili tidak terputus, ada yang mengawinkan anak-anak mereka.
Hari yang melelahkan, sejak dari pagi hingga
sore hari hingga selesai semua acara walimah. Aku bangga dan bahagia telah
menunaikan dan memenuhi kehendak keluargaku. Semoga perjalanan hidup kak Mira
langgeng sesuai dengan ajaran Ilahi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar