13. Cinta Yang Terkubur




Bunga Kamboja merekah indah, menghiasi sisi-sisi kuburan. Kembang jatuh menyentuh tanah dikala matahari tertutup awan. Di bawah pohon Asan yang rindang, seungguk tanah merah yang masih basah. Di sana sang kekasih berbaring menghadap  Ilahi Rabbi. Kusiram air suci, kubasuh wajah lesuh dan berdoa ke hadhirat Yang Maha Kuasa. Aku memohon ampunan-Nya, dilapangkan kuburannya, semoga Melati diterima disisi-Nya.
Kurelakan engkau wahai Melati, pergi untuk selama-lamanya. Aku kenang di dalam jiwa ini, bahwa kamulah yang telah menyiram air cinta di kalbuku.
Tak terasa hari sudah siang, suara azan menggema di dari berbagi penjuru di Kota Lhokseumawe. Kutinggalkan pusara Melati, kutinggalkan kenangan bersamanya disini, biarlah terkubur bersama dia. Aku melangkah menuju sebuah mesjid yang tak jauh dari kawasan perkuburan.
Setelah shalat Zuhur berjamaah, tiba-tiba seorang pria mendekatiku.
“Adek Ardi. Bisa bicara sebentar.”
Aku  melirik ke arah Jabir yang juga ia melihat kearahku dan pria tersebut, pria itu adalah abangnya Melati.
“Baik bang. Maaf, tadi aku tak tahu kalau abang ini abangnya Melati.” Jawabku serak
“Ya, nggak apa-apa. Aku hanya ini menanyakan tentang sejauh mana hubungan adek Ardi dengan almarhummah Melati.”
Aku tertegun, harus aku jawab apa ya? Teman atau pacaran. Waduh aku harus jawab apa ya?”
“Kalau keberatan, ya nggak apa-apa. Abang cuma memastikan saja.”
“O...nggak apa-apa, bang. Justru saya senang, abang rupanya tahu kalau kami berhubungan. Sungguh bang, saya sangat serius. Tapii takdir berkehendak lain.”
“Yah.....kami sekeluarga, mengucapkan banyak-banyak terima kasih pada dek Ardi. Tidak semua pemuda yang berhati mulia yang mau membebaskan seorang wanita dari lembah yang hina ke dalam syariat seperti dek Ardi. Kita tahu siapa Melati. Karenanya saya sangat bahagia, pada akhir hayatnya Melati dalam keadaan suci.”
“Alhamdulillah, sebagai hamba Allah sudah tugas kita untuk menginsafkan hambanya yang terlanjur berbuat nista.”
Keluar dari dalam mesjid, angin bertiup sepoi serasa membelai wajahku. Kurasa harum wangi bunga Kamboja yang terbang bersama angin.
Kini kulalui hari sepi, kuhilangkan bayang – bayang masa lalu walau pahit dan getir. Karena untuk menggapai yang sudah terlanjur kita harap sangat sulit. Karena hari esok masih menanti.  Melati semoga harimu bahagian di alam sana.

Habis.................!!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar