Bunga Kamboja merekah
indah, menghiasi sisi-sisi kuburan. Kembang jatuh menyentuh tanah dikala
matahari tertutup awan. Di bawah pohon Asan yang rindang, seungguk tanah merah
yang masih basah. Di sana sang kekasih berbaring menghadap Ilahi Rabbi. Kusiram air suci, kubasuh wajah
lesuh dan berdoa ke hadhirat Yang Maha Kuasa. Aku memohon ampunan-Nya,
dilapangkan kuburannya, semoga Melati diterima disisi-Nya.
Kurelakan engkau wahai
Melati, pergi untuk selama-lamanya. Aku kenang di dalam jiwa ini, bahwa kamulah
yang telah menyiram air cinta di kalbuku.
Tak terasa hari sudah
siang, suara azan menggema di dari berbagi penjuru di Kota Lhokseumawe.
Kutinggalkan pusara Melati, kutinggalkan kenangan bersamanya disini, biarlah
terkubur bersama dia. Aku melangkah menuju sebuah mesjid yang tak jauh dari
kawasan perkuburan.
Setelah shalat Zuhur
berjamaah, tiba-tiba seorang pria mendekatiku.
“Adek Ardi. Bisa bicara
sebentar.”
Aku melirik ke arah Jabir yang juga ia melihat
kearahku dan pria tersebut, pria itu adalah abangnya Melati.
“Baik bang. Maaf, tadi
aku tak tahu kalau abang ini abangnya Melati.” Jawabku serak
“Ya, nggak apa-apa. Aku
hanya ini menanyakan tentang sejauh mana hubungan adek Ardi dengan almarhummah
Melati.”
Aku tertegun, harus aku
jawab apa ya? Teman atau pacaran. Waduh aku harus jawab apa ya?”
“Kalau keberatan, ya
nggak apa-apa. Abang cuma memastikan saja.”
“O...nggak apa-apa,
bang. Justru saya senang, abang rupanya tahu kalau kami berhubungan. Sungguh
bang, saya sangat serius. Tapii takdir berkehendak lain.”
“Yah.....kami
sekeluarga, mengucapkan banyak-banyak terima kasih pada dek Ardi. Tidak semua
pemuda yang berhati mulia yang mau membebaskan seorang wanita dari lembah yang
hina ke dalam syariat seperti dek Ardi. Kita tahu siapa Melati. Karenanya saya
sangat bahagia, pada akhir hayatnya Melati dalam keadaan suci.”
“Alhamdulillah, sebagai
hamba Allah sudah tugas kita untuk menginsafkan hambanya yang terlanjur berbuat
nista.”
Keluar dari dalam
mesjid, angin bertiup sepoi serasa membelai wajahku. Kurasa harum wangi bunga
Kamboja yang terbang bersama angin.
Kini kulalui hari sepi,
kuhilangkan bayang – bayang masa lalu walau pahit dan getir. Karena untuk
menggapai yang sudah terlanjur kita harap sangat sulit. Karena hari esok masih
menanti. Melati semoga harimu bahagian
di alam sana.
Habis.................!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar